Search This Blog

Thursday, June 23, 2011

Foto Jurnalistik Kini Sejatinya Berwarna

 

Oleh: admin pada 12 Apr 2011 15:06
Foto Jurnalistik Kini Sejatinya Berwarna

Fotografi pertama kali muncul dalam media cetak pada 4 Maret 1880, yaitu foto tentang pengeboran minyak di Shantytown, AS, karya Henry J Newton di koran New York Daily Graphic. Foto itu jangankan berwarna, hitam putih pun belum karena hanya cetakan duotone selayaknya fotokopi bermutu rendah. Sampai dengan tahun 1980-an, fotografi selalu menghiasi halaman berbagai surat kabar di dunia dengan foto hitam putih, sampai-sampai foto hitam putih diidentikkan dengan fotografi jurnalistik.
Bahwa foto hitam putih menjadi pilihan semua surat kabar, itu karena memang teknologi yang ada baru sampai di situ. Sejak awal tahun 1980-an mulai ada beberapa surat kabar yang memasang foto berwarna. Harian Kompas sejak pertengahan tahun 1980-an memasang foto berwarna pada setiap edisi hari Minggu-nya.
Sampai saat ini pun foto hitam putih terkadang masih sering menghiasi beberapa halaman di Kompas dan juga surat kabar lain, dengan berbagai pertimbangan. Selain pertimbangan efisiensi pelat cetak dan kecepatan cetak pada beberapa halaman yang terpaksa dicetak melewati tenggat (terutama pada berita sangat penting), pemilihan pemuatan foto hitam putih juga diambil pada kondisi:
- Mengurangi suasana seram pada foto aslinya, misalnya karena ada adegan noda-noda darah di foto itu.
- Foto yang ada memang hitam putih karena foto lama atau karena memang diterima sebagai foto hitam putih dengan keterangan alasan penghitamputihannya.
Dalam dunia fotografi digital saat ini, foto jurnalistik sejatinya adalah foto berwarna. Harus ada alasan yang masuk akal untuk membuat sebuah foto jurnalistik tampil hitam putih. Di halaman ini terpasang sebuah foto Getty Images yang perlu menjelaskan bahwa foto yang mereka kirimkan memang hitam putih.
Dengan realitas alam yang memang berwarna, foto jurnalistik yang tampil hitam putih sebenarnya telah melakukan ”penyimpangan”. Foto hitam putih sebenarnya bukan sekadar menyederhanakan warna, tetapi juga telah mengubah warna menjadi gradasi abu-abu. Dan pengubahan ini bisa terjadi dengan banyak kemungkinan.
Perhatikan foto dua artis Indonesia, Artika Sari Devi dan Sophie Navita, di halaman ini. Dari foto asli berwarna di pojok kiri atas, bisa dihasilkan minimal tiga ”jenis” foto hitam putih darinya. Ketiga foto hitam putih itu dibuat semata dengan memisahkan ketiga layer warna, yaitu merah, hijau, dan biru.
Dari pemisahan sederhana saja, sudah terlihat ada pengubahan realitas yang cukup signifikan. Yang paling menonjol adalah realitas warna kulit. Perhatikan bahwa di ketiga foto hitam putihnya terjadi tiga macam tingkat kecerahan warna kulit Artika Sari Devi dan Sophie Navita. Warna kulit dalam jurnalistik adalah sebuah realitas portrait yang tak bisa seenaknya diubah-ubah.
Maka, kalau Anda seorang jurnalis foto yang bekerja di era fotografi digital saat ini, usahakan selalu memotret berwarna! Arbain Rambey

Sumber:  http://kfk.kompas.com/blog/view/92051-Foto-Jurnalistik-Kini-Sejatinya-Berwarna

No comments: